24 maret 2014
Membahas mengenai perasaan saya teringat sebuah peribahasa; Bagai
punguk merindukan rembulan, lalu saya berpikir sepertinya lebih baik menjadi ia(punguk).
Betapa menyenangkannya setiap hari di setiap malam tak pernah luput untuk
bertemu dengan seseorang yang menurutnya paling cantik sedunia, paling indah
sedunia.
Walau hanya bisa memandangnya, mengajak bicara satu arah,
menerima cahayanya, itu saja sudah lebih dari cukup. Setelah lelah di siang,
malam merupakan tempat peraduan yang paling tepat sambil berbaring di halaman
rumah, atau duduk terdiam di atas batu atau genteng. Dia pun yakin jika bulan
tidak pernah memilih-milih obrolan apa yang akan diucapkannya, dan merasa
keberatan jika ia agak sedikit kikuk dan membosankan dalam bercerita. Dia pun
tidak pernah berburuk sangka pada apapun, misalnya bulan sedang setengah tubuh
melayaninya, ataupun tidak hadir sepenuhnya, bahkan terkadang main petak umpet
dengannya. Baginya itu merupakan permainan untuk mengusir rasa bosan.
Berangkat dari peribahasa ini saya teringat pada konsep
cinta di dalam yunani, yaitu: Erros, Fillia, dan Agape`. Erros ialah tingkat
perasaan berdasarkan nafsu. Fillia ialah tingkatan dimana seseorang berkorban
atau melakukan untuk seseorang dengan berharap akan memilikinya. Di titik ini
pun orang yang berkorban tidak pernah sekali pun merasakan berkorban. Seperti
sebuah ceramah yang singkat yang disampaikan oleh Sudjiwo Tedjo mengenai
matematika dalam acara T-ex. Misalnya saja seseorang pria yang ada di dalam
cerpen “curhat sahabat” karangan Dewi Lestari yang membawakan sebuah obat jam
setengah malam, hujan-hujanan naik motor tanpa membawa jas hujan dan juga
pakaian ganti. Dalam cerita tersebut, si lelaki tidak merasakan jika hal
tersebut sebuah pengorbanan melainkan sebuah kebahagiaan karena mendapatkan
kesempatan untuk dapat membuatnya tersenyum.
Saya pikir percintaan yang dilakukan oleh punguk terhadap
merupakan Agape` dimana tingkat tertinggi dalam cinta. Agape` ialah perasaan di
mana seseorang akan mengorbankan segalanya tanpa sekalipun meminta kembali apa
yang dia berikan. Tingkatan ini bisa dibilang ketulusan yang sangat luar biasa.
Jadi teringat puisi rendra yang berjudul kangen di baris ke tiga dan keempat,
kira-kira seperti itu gambarannya.
Si punguk mendapatkan sebuah kebahagiaan walaupun tidak bisa
memilikinya secara utuh. Saya yakin dia berpikir untuk apa memilikinya,
sementara ia bisa melakukan banyak hal tanpa harus memilikinya, dan itu
bahagia.
Berangkat dari cerita si punguk dan rembulan, saya pun
memulai curhat pribadi yang sedang saya alami. Saya sedang jatuh hati kembali
pada seseorang yang memiliki latar belakang, sudut pandang, penampilan dan cara
berpikir yang sangat berbeda. Saya sejenis mahluk yang berantakan, pelupa, dan
bla bla bla, hal ini dengan maksud yang negatif. Sedangkan seseorang yang
sedang saya sukai tersebut seorang yang sangat islami. Saya sering bercanda
dengan mengambarkan ia seperti orang-orang LDK atau lembaga dakwah kampus. Mungkin
detailnya harus melihat sekumpulan wanita LDK yang biasa disebut dengan “akhwat
sejati”. Kembali lagi saya melihat diri saya yang merupakan LDK juga namun
plesetan dengan Lembaga Dakwah Kiri, atau lembaga Dakwah Komunis. Begitu berbeda
dan begitu sulit dijangkau.
Lalu saya pun bercerita dengan ibu saya, dan saya pun merasa
suka cari gara-gara dalam hal perasaan. Hal ini karena saya selalu aneh-aneh
dalam hal menyukai seseorang. Saya selalu jatuh hati pada wanita-wanita spesial
yang mustahil saya dapatkan. Begitulah aneh-anehan saya dan alasan saya sendiri
beberapa tahun. Contohnya saya menyukai Kiyoe, penyanyi dari grup musik Ikimono
Gakari. Seseorang yang nyaris mustahil saya dapatkan. Oh iya, saat ini saya
sedang mendengarkan ia bernyanyi.
Kata mustahil merupakan kata yang menyebalkan untuk seorang
pejuang yang berharap besar akan keberhasilan. Namun bagi pejuang sejati kata
mustahil merupakan dambaan dia untuk berusaha. Hal tersebut membuat ia akan
melakukan segenap upaya untuk menyukseskan keinginannya. Jika apa yang ingin
diraihnya itu mudah, maka ia pun tidak bersunguh-sunguh untuk mendapatkannya. Saya
jadi teringat pada fim madagaskar 3: ketika vitality ingin melompati dan masuk
ke dalam sebuah lubang cincin dengan api yang terbakar. Itu sesuatu yang
mustahil dan semua orang menyukai hal yang mustahil tersebut.
Itu selalu Mustahil, dan semua orang menyukainya. Itu sebabnya aku
menyukai hal itu, karena aku selalu melakukan hal yang mustahil
Akh, maaf ini tulisan ngalor ngidur yang sama sekali tidak
produktif. Ya cuman kegelisahan beberapa hari ini saja.